Kamis, 21 April 2011

FF ~*Come To My Heart*~

1. (Di isi dengan nama kalian)
2. Eun Hyuk
3. Han Hye
4. Kyu Hyun
5. Ryeo Wook (Wookie)

Part 4 ^^
Hari yang menyenangkan karna hari ini adalah hari pertamaku syuting. Aku lolos casting. Aku senang sekali. Aku harus berterima kasih pada Wookie. Aku harus bertemu dengannya. Ahkir-ahkir ini dia sama seperti Eun Hyuk, dia sangat sulit untuk aku ajak komunikasi.
Saat ini aku sedang menghafal dialogku. Cukup susah tapi aku harus semangat. Tiba-tiba dari belakang ada yang menupuk pundakku. Aku menoleh. Wookie. Aku segera bangkit dari duduku dan memeluk Wookie. Aku senang ahkirnya dapat bertemu dengan Wookie.
“Gomawo Wookie. Berkat kau aku bisa jadi artis.”
“Ne. Ehm. . . (Di isi dengan nama kalian) bisakah kau melepaskan pelukan ini?”
Aku melepaskan pelukanku.
“Kenapa?”
“Banyak orang. Tak enak.”
Aku melihat sekeliling. Hanya satu atau dua orang yang lewat karna yang lainnya sedang sibuk mempersiapkan syuting nanti.
“Wookie jangan bercanda tak ada orang. Lagi pula Uridheulkan saeng dan oppa. No problem lah.” kataku
“Ne kau benar. Tapi aku tak berani.”
“Why?”
“Gwaenchansseumnida.”
Aku merasa ada yang disembunyikan dariku. Wookie. . .kau kenapa? Kenapa kau tak mau bercerita padaku? Dan entah mengapa aku merasa kami sedang diperhatikan seseorang.
-------------------------------
Wookie POV
Aku tak ingin melukai hati hyung lagi. Sudah cukup yang dulu. Dia memukulku hanya karna salah paham. Aku tak bisa berpaling dari Seo Hyun. Aku selalu menunggunya. Kenapa hyung tak bisa percaya padaku? Haruskah aku berjanji padanya untuk menjauhi (Di isi dengan nama kalian)? Haruskah aku pergi dari Seoul untuk membuat hyung percaya?
-------------------------------
Someone POV
Aku melihat gadis itu memeluk cowok itu. Menyebalkan. Pokoknya aku nanti harus bisa menyatakan cinta pada cewek itu.
-------------------------------
Na POV
“(Di isi dengan nama kalian). . .nanti ceritanya kau tahukan? Ada seorang cowok yang akan menyatakan cinta kepadamu dan kau menerima cintanya.”
“Ne aku tahu.”
“Ok.”
Setelah 5 menit menunggu persiapan dan syuting dimulai. Aku heran dimana yang akan menjadi lawan mainku, seorang cowok yang akan menyatakan cinta kepada na. Tiba-tiba ada seorang cowok yang dibelakangku dan berkata: “(Di isi dengan nama kalian), apakah kau mau menerima cintaku?”
Aku terkejut dan memutar badanku kearah belakang. EUN HYUK?????????? Eun Hyuk yang menjadi lawan main na, yang menyatakan cinta kepada na.
Aku bengong. Yang dapat kudengar adalah suara simjang na. Begitu keras detaknya.
“Cut.” kata sutradara “(Di isi dengan nama kalian) jawablah”
“(Di isi dengan nama kalian)?” tanya Eun Hyuk
“Mengapa. . .? Mengapa. . . .? Detak jantungku ini berbeda saat bersama Wookie. Aku merasa nyaman disamping Eun Hyuk. Aku merasa tatapan sinisnya itu bentuk dari kecemburuannya. Aku merasa ucapannya “Apakah kau mau menerima cintaku?”
itu bentuk dari wujud ungkapan cintanya kepadaku. Ada apa denganku? Mengapa aku ingin menjawab “Ne Eun Hyuk na mau menerima cinta neo?” Apa ini yang namanya First Love?”
“(Di isi dengan nama kalian)?” kata Eun Hyuk sambil menggoyangkan tubuhku.
“Ne.”
“Kau kenapa melamun?”
“A. . .Anio.”
“Ehm.. . . . Diluar skenario, apa kau mau kau menerima cintaku?”
“Mian Eun Hyuk aku tak bisa. . . . .”
“Ok kalau kau tak bisa. Aku tahu aku tak pantas untukmu. Kau lebih pantas dengan Wookie.”
“Kau kenal Wookie?”
“Ne. Bagaimana tidak. Dia sudah kuanggap saeng sendiri dan dia bekerja sebagai wakil na.”
“Tunggu dulu.. . . .Wakil sendiri? Jadi kau direkturnya?”
“Ne. Ah. . .kuharap kau bisa bahagia dengan Wookie.” kata Eun Hyuk lalu meninggalkanku dan rekan-rekan lainnya.
“(Di isi dengan nama kalian) buruan kejar dan terima cintannya.” kata rekan-rekan lainnya “Ne. Kasihan direktur kalau kau tolak. Neo cinta pertamanya.”
“Eun Hyuk.. . . .” panggilku
Aku berlari kecil menghampiri Eun Hyuk
“Kenapa kau langsung pergi?” tanyaku setelah kami berhadap-hadapan.
“Kenapa? Kau sudah menjawabnya.”
“Belum.”
“Bagaimana bisa belum?”
“Bisakah kau ulangi kata-katamu tadi? Kata-kata yang mampu simjang na berdetak?”
“(Di isi dengan nama kalian) maukah kau menerima cintaku?”
Aku memeluk Eun Hyuk
“Eun Hyuk. . . gomawo sudah datang untuk hatiku. Sudah datang dihatiku. Gomawo sudah menghibur hatiku. Gomawo sudah mengisi lembaran-lembaran hariku. Aku beruntung sekali sudah mengenalmu walaupun diawal pertemuan kita penuh dengan kebencian tapi aku yakin kebencian itulah yang memberikan pelajaran akan cinta sejati, kasih sayang, dan kepercayaan.”
Eun Hyuk memelukku.
“Kau tahu aku sebenarnya sudah menyukaimu ketika kita pertama bertemu dan aku kesal saat kau dekat Wookie.” Eun Hyuk dan na melepaskan pelukkan itu.
“Sejak kapan kau menyukaiku?” tanya Eun Hyuk
“Aku yakin terhadap perasaanku kalau neolah My First Love.”
“(Di isi dengan nama kalian). . . ?”
“Ne.”
“Maukah kau berjanji padaku?”
“Ne. Mwo?”
“Maukah kau tetap disampingku, menerima na apa adanya, dan percaya pada na.”
“Ne Eun Hyuk. Aku berjanji.”
Eun Hyuk memelukku kembali “Loving You, I do. I will protect You, My Love.”
“Through our many days together forever. About smilling, about love.” kata na
Tiba-tiba Han Hye berkata ”Wah ada yang jadian nich. . . Nyusul na ma Kyu Hyun oppa.”
Na dan Eun Hyuk melepaskan pelukkan Uridheul. Disana sudah ada Han Hye, Kyu Hyun, Wookie dan rekan-rekan na. Semuanya terlihat bahagia
“Wookie. . . .” panggil seseorang.
Kami semua menoleh kearah sumber suara termasuk Wookie. Wajah Wookie berubah menjadi gembira. Dia berlari kearah cewek yang tadi memanggil namanya.
“Seo Hyun. Aku senang kau sudah pulang dari Yureop.”
“Ne. Aku juga senang lepas dari kesibukkan dan dapat bertemu dengan teman-teman terutama. . . .neo.” kata Seo Hyun yang agak sedikit malu-malu.
“Sudah kalian jadian aja.” kata Kyu Hyun
Wajah Seo Hyun dan Wookie tampak merah. Mereka malu.
“Seo Hyun maukah kau menerima cintaku “
“Aku mau Wookie menerima cintamu.”
“Cie. . . .3 pasang kekasih berkumpul itu artinya pesta.” kata salah satu rekan kami.
-------------------------------
“Saeng aku minta maaf karna sudah salah paham. Kau benar, kau setia menunggu Seo Hyun. Selamat ya”
“Ne. Gwaenchansseumnida. Kau juga selamat ya hyung.”
Mereka berdua berpelukkan. Rasanya senang sekali melihat mereka berdua kembali akrab. Tak selamanya cinta harus merusak persahabatan atau persaudaraan.
“(Di isi dengan nama kalian) keluar yuk. Na mau kita berdua saja.”
Eun Hyuk mengajakku kesuatu tempat. Tak perlu waktu lama untuk menuju tempat yang dimaksud Eun Hyuk. Pantai. Itulah yang dituju Eun Hyuk.
Uri berdua duduk diatas pasir dan menikmati sinar bulan pada malam itu. Eun Hyuk menyandarkan kepalanya dipundak na dan na menatapnya sambil tersenyum. Sambil tersadar kepalanya dipundak na, ia menatap na dan tersenyum
“Saranghae.” katanya
“Saranghae too.” Jawabku

TAMAT

FF ~*Come To My Heart*~

1. (Di isi dengan nama kalian)
2. Eun Hyuk
3. Han Hye
4. Kyu Hyun
5. Ryeo Wook (Wookie)

Part 3 ^^

Pagi matahari telah menyilaukan mataku dan jam weker yang kuletakkan dimeja kecil dekat kasurku berbunyi. Hari baru, lembaran kisah baru. Dengan tenaga yang belum masih terkumpul, aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Kukunci kamarku dan aku berjalan menuruni tangga. Langkahku terhenti ketika disofa ruang tamu ada seseorang yang tertidur. Ku dekati orang itu dan aku terkejut. WOOKIE? Ya ampun. Mukanya babak belur. Aku tak berani membangunkannya. Ku putuskan untuk tetap berangkat kesekolah.
Sesampainya dikelas, aku melihat Eun Hyuk. Ia menatapku dengan sinis lagi. Ku lihat tangan Eun Hyuk yang diletakkan dimejanya berdarah. Lecet. Seperti habis berkelahi. Aku menghiraukan itu semua dan segera menuju tempat dudukku.
-------------------------------
Someone POV
Pagi ini aku sudah berada didalam kelas. Aku sangat kesal dengan cowok yang kemarin.
Flash Back
Hari ini aku akan bertemu dengan cowok yang sudah berani merebut hati cewek itu. Aku sudah menelponnya saat aku pergi meninggalkan gadis tadi. Tak perlu lama menunggu. Orang itu sudah datang. Kami bertemu di sebuah danau ditepi kota Seoul. Saat itu sudah sepi.
“Ada apa memanggilku?”
“Kau tahu kau sudah kuanggap sebagai sengku sendiri dan kita sudah seperti saudara?”
“Ne. Aku tahu.”
“Lalu kenapa kau masih bisa merebut dia dariku?”
“Maksudmu hyung?”
“Kau itu pura-pura bodoh ya?”
“Anio. Aku memang benar-benar tak tahu.”
“(Di isi dengan nama kalian). Kau merebut (Di isi dengan nama kalian) dari tanganku.”
“Hyung. . . . kau itu bicara apa? Aku tak merebutnya. Kau tahu sendirikan kalau aku suka dengan Seo Hyun?”
“Ya karna dia artis dan selalu sibuk lalu tak pernah melirikmu, makanya kau kesal dan memilih (Di isi dengan nama kalian) untuk kau jadikan sebagai pelarian. Iya kan?!”
“Hyung. . .! Kau itu kenapa? Aku tak pernah merebut (Di isi dengan nama kalian) dari tanganmu. Aku dan (Di isi dengan nama kalian) hanya sebatas saeng dan kakak saja.”
“Tapi bukan kandung. Itu sama saja kalian berdua bisa saling mencintai.”
“Hyung. . . .!”
“Jangan berteriak kepadaku!”
“Asal kau tahu. . . . aku hanya mencintai Seo Hyun saja.”
Aku tak dapat menahan emosiku. Aku melayangkan pukulan kewajah orang itu. Orang itu tak melawan.
“Pukul terus hyung. . . .aku terima tapi aku tak terima jika persaudaraan kita hancur karna salah paham.”
Aku menahan pukulanku untuk menahan emosiku.
“WUA . . . .!!!!!!!!!!!!” kataku sambil memukul bangku yang ada disana hingga tanganku lecet.
-------------------------------
Na POV
Aku sangat tak betah dengan sikap Eun Hyuk ahir-ahkir ini. Ku putuskan untuk berbicara dengannya dengan baik-baik.
Bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berlari keluar kelas. Aku segera menuju kantin. Disana tak kudapati sosok Eun Hyuk. Aku mencari lagi. Langkahku terhenti disalah satu lorong diperpusatakaan. Eun Hyuk. . . .ahkirnya kutemukan dia. Ku dekati Eun Hyuk.
“Eun Hyuk ah. . . .”
Eun Hyuk melirikku sebentar lalu terpaku lagi dibuku yang sedang dibacanya.
“Eun Hyuk ah. . . .!” kataku dengan nada tinggi
Telunjuk Eun Hyuk menempel dibibir na.
“Bisakah kau tenang? Ini perpustakaan.” katanya lalu menyingkirakan telunjuknya. Aku mengangguk. “Ada apa?” tanyanya
“Kenapa ahkir-ahkir ini kau berbubah, sikapmu padaku ahkir-ahkir ini membuatku tak tenang. Aku resah memikirkan sikapmu.”
“Apa kau sudah punya pacar?”
“Mwo?”
“Haruskah aku mengulang pertanyaanku?”
“Anio. Aku kaget saja. Memang kenapa. Aku belum punya pacar.”
“Baguslah kalau begitu.”
Eun Hyuk menutup buku itu, mengembalikannya dan meninggalkan aku dengan penuh kebingungan.”

FF ~*Come To My Heart*~

Part 2 ^^
Keesokkan harinya, sekolah na gempar. Semua mata tertuju pada na. Na hanya bisa tersenyum dan mengucapkan gomawo atas pujian yang ditujukan pada na.
“Waouw. . (Di isi dengan nama kalian). . . .neo. . . neo. . . . ah. . . cantik sekali.” kata Han Hye saat aku duduk disebelahnya didalam kelas.
“Ne. Kau sangat cantik.” lanjut Kyu Hyun yang duduk dibelakang Han Hye.
“Gomawo.” kataku sambil tersenyum.
“Eotteokeh kau bisa berubah 180 derajat?”
“Ini semua berkat Wookie. Dialah yang telah merubahku.”
“Wookie? Wookie . . .Ryeo Wook itu. . .? Tetanggamu yang bekerja sebagai wakil direktur disalah satu perusahaan perfilman yang terkenal sedunia itu?”
“Ne.”
“Ya ampun (Di isi dengan nama kalian) kau beruntung sekali. Omong-omong tentang dirimu, ternyata kalau ber make-up, kau super cantik sekali.”
“Ne. Gomawo.”
Tiba-tiba Eun Hyuk datang, aku memasang muka yang tak enak dipandang. Eun Hyuk hanya diam saja dan melihatku dengan tatapan sinis. Aku heran kenapa hari ini dia sama sekali tak mengejekku? Dia berjalan ketempat duduknya dan diam tak bersuara.
“Chagi. . .sahabatmu kenapa?” tanya Han Hye.
“Molla. Coba aku tanya.”
Kyu Hyun segera mendekati Eun Hyuk dan berbicaranya dengannya. Tak lama kemudian, Kyu Hyun kembali.
“Why?”
“Molla. Tumben dia tak banyak bicara.”
Aku merasa Eun Hyuk marah padaku karna tatapan yang sinisnya tadi tapi bukannya dia selalu marah padaku? Ah anio. Marah yang kali ini sangat beda. Ne aku dapat merasaknnya.
“(Di isi dengan nama kalian). . . .“ kata Kyu Hyun yang membuatku tersadar dari lamunku.
“Ne.”
“Kau kenapa?”
“Anio.”
Tak lama kemudian, guru kami masuk. Semua murid segera menempatan diri mereka ditempat duduk masing-masing.
-------------------------------
“(Di isi dengan nama kalian) aku pulang dulu ya.” kata Han Hye saat dia lewat disampingku. Dia pulang bersama dengan Kyu Hyun. Tiba-tiba saat aku lewat didepan pintu gerbang, son na dipegang oleh seseorang. Na terkejut dan segera menoleh. Eun Hyuk? Sejak kapan dia berdiri disitu?
“Eun Hyuk? Lepasin.” kataku
“Kau itu. . .Hah. . . .kau bukan (Di isi dengan nama kalian) yang kukenal dulu.”
“Maksudmu?”
Eun Hyuk melepaskan genggamannya dan pergi meniggalkan aku. Meninggalkan aku dengan penuh rasa kebingugan.
Aku segera melangkahkan kakiku untuk berjalan menuju apartementku. Setelah berjalan cukup lama, aku mengangkat kepalaku. Aku terkejut. Kenapa aku bisa lewat dibelakang apartementku. Akukan sangat takut dan tak pernah lewat sini. Kenapa kakiku menuntunku kesini? Tiba-tiba ada suara kaleng tertendang. Aku sangat takut.
-------------------------------
Someone POV
Aku berjalan perlahan dan terkadang menoleh kearah belakang. Saat ini aku belum jauh dari sekolahku jadi kurasa aku dapat mengikuti gadis itu. Gadis itu melintas disampingku tapi sepertinya dia melamun dan tak tersadar jika aku ada. Ku ikuti gadis itu perlahan-lahan. Aneh. Langkahnya tak menuntunnya menuju apartementnya tapi belakang apartementnya. Bukannya dia takut kalau harus lewat sini? Tiba-tiba langkahku harus terhenti karna langkah gadis itu’pun terhenti. Aku tak sadar jika ada kaleng dan tak ku sengaja kaleng itu kutendang. Ku lihat tampang gadis itu ketakutan. Rasanya aku ingin berlari kesana, melindungi dan menenangkannya tapi. . . .ah. . . .mana mungkin? Dia sudah memiliki seseorang yang akan selalu melindungi dan menenangkannya disaat dia resah dan dalam bahaya. Aku sadar aku tak pantas untuknya. Aku juga sadar kalau aku hanya pantas menjadi musuh yang selalu membuat hatinya kesal. Lebih baik aku pergi sekarang tanpa ketahuan dirinya.
-------------------------------
Na POV
Aku segera berlari kecil menuju apartementku. Aku sangat takut. Saat aku berbelok menuju kamarku, aku tak melihat apa yang ada didepanku. Aku menabrak seseorang dan orang itu memeluk pingganggku agar aku tak jatuh. Kini wajah kami sangat dekat. Wookie. . . . Simjang na berdetak. Beberapa detik kemudian. . .
“Mian aku tak lihat.” kataku sambil bangkit dan berdiri tegak
“Gwaenchansseumnida.”
Kami terdiam sejenak. Tiba-tiba wajah Wookie mendekat kewajahku.
“Wajahmu merah semua.” kata Wookie.
“Ouw. . a. . .. sungguh?”
“Ne.”
“Ouw gwaenchansseumnida. Ouw ya Wookie kau mau kemana?”
“Ehm. . . .aku mau keluar sebentar. Direktur memanggilku.”
“Ouw. Ok Hati-hati dijalan.”
Wookie tersenyum lalu meninggalkan aku.
“Aduh kenapa berdetak? Apa aku telah jatuh cinta pada Wookie? Ah anio.” kataku lalu aku membuka pintu kamar apartemenku dan masuk.

FF ~*Come To My Heart*~


1. (Di isi dengan nama kalian)
2. Eun Hyuk
3. Han Hye
4. Kyu Hyun
5. Ryeo Wook (Wookie)

Part 1 ^^
Na POV
Ah. . . . semua orang tentu berhak punya impian yang tinggi. Tapi kenapa tidak dengan aku? Apa karna aku jelek? Apa aku tak pantas untuk menjadi artis? Memang aku tak pantas untuk memiliki impian menjadi artis hanya karna aku seorang kutu buku yang memakai kacamata? Aku mencoba bersabar untuk menerima semua ejekan orang termasuk EUN HYUK. Aku kesal kepadanya karna ia tak pernah bisa menghargai impian orang. Dan parahnya, Eun Hyuk itu sahabat dekat Kyu Hyun dan Kyu Hyun adalah pacar dari sahabat dekatku yaitu Han Hye. Berarti secara tak langsung aku adalah sahabat dari Eun Hyuk.
“Eh. . .si tukang mimpi datang nih. .. “ ledek Eun Hyuk ketika aku baru saja masuk kekelas. Otomatis yang berada dikelas tertawa kecuali Han Hye dan Kyu Hyun. Aku berusaha untuk tidak mendengar apa yang dikatakan orang lain. Aku sudah capek.
“Memang salah jika aku punya mimpi ingin jadi artis?” tanyaku pada Han Hye saat aku sudah duduk disebelah Han Hye dan meletakkan tasku.
“Anio.”
“Lalu kenapa mereka meledekku terus?”
“Molla.”
-------------------------------
Sorenya, aku berjalan-jalan ketaman kota Seoul. Aku ingin menjernihkan pikiranku. Setibanya disana, aku duduk dibangku taman kota. Kupandangi sekitar taman kota Seoul disore hari. Cukup menyengkan dan dapat meringankan beban dikepalaku.
“Neo kenapa?” tanya seseorang. Na segera menoleh kearah sumber suara itu.
“Ah Wookie.”
“Mwo?” tanyanya sambil duduk disampingku
Dia adalah Ryeo Wook tapi aku lebih suka memanggilnya Wookie. Umur dia lebih tua 10 bulan dari aku. Aku mengenalnya karna kamar apartementnya bersebelahan dengan kamar apartementku. Uri seperti saeng dan oppa
“Anio. . . . . .” kataku sabil lemas. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. “Wookie. . . .!!” kataku
“Ya ampun (Di isi dengan nama kalian) kau mengagetkan aku saja.”
“Mian. Neo kan bekerja di bidang perfilm’an, nah ditempat kerja neo ada yang butuh ya. . . . seperti artis baru?
Muka Ryeo Wook penuh dengan kebingungan lalu beberapa detik kemudian dia tertawa. Sekarang mukaku’lah yang penuh dengan kebingungan.
“Memang kau mau mendaftar jadi artis?
“Ne. Ayolah Wookie . . . .kau kan tahu kalau aku sangat ingin jadi artis.”
“Ehm. . . .kau belum lewat belakang apartement kita?”
“Anio. Aku tak pernah lewat belakang apartement kita. Gang’nya sempit dan gelap dan aku. . . . . Memang ada apa?”
“Coba lihat saja.”
Tanpa pikir panjang, aku menarik tangan Wookie.
“(Di isi dengan nama kalian) kenapa kau mengajakku?”
“Karna aku takut lewat situ. Ah. . . . Wookie sudahlah diam saja..”
Ahkirnya Wookie diam. Sesampainya di belakang apartement, aku melihat beberapa brosur tertempel ditiang listrik. Kudekati dan kubaca. Audisi pencarian artis. Waouw. . . ini dia yang kucari. Aku segera mendekati Wookie dan memeluknya karna senang.
“Gomawo Wookie.” kataku sambil memeluk dan tersenyum.
“Ne.”
-------------------------------
Someone POV
Hari ini aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar mencari udara segar. Semula aku memilih untuk berjalan-jalan di taman kota Seoul, tapi. . .ah. . . .anio. Lebih baik aku berjalan melewati belakang apartement gadis itu saja. Toh. . .dia sepertinya juga tidak tahu kalau aku perhatikan dia. Kalau masih jam segini, jendelanya juga masih terbuka.
Saat aku sudah berjalan di belakang apartement gadis itu, langkahku terhenti dan aku bersembunyi. Mendengar dan mengintip serta merekam kejadian yang terjadi. Gadis itu memeluk seorang cowok. Cowok yang sudah kupercayai dan kuaanggap sebagai saeng kandungku sendiri. Hatiku terbakar. Apa gadis itu pacar dari cowok itu? Ah. . . menyebalkan. Bukannya udara segar yang kudapat malah udara yang tak enak. Aku berdiri dan tak sengaja, dari na menendang tempat sampah.
“Siapa itu?” suara gadis itu.
Aku segera berlari dan beruntung tak ketahuan oleh mereka berdua.
-------------------------------
Na POV
Tiba-tiba terdengar suara tempat sampah yang tertendang. Otomatis aku dan Wookie terkejut.
“Siapa itu?” tanyaku
Wookie mendekati dan tak ada orang disitu.
“Ayo kita pergi. Makanya aku tak suka lewat disini. Menakutkan.”
Wokkie diam saja lalu aku menggandeng son Wookie.
“Wookie?” tanyaku ketika kami sudah berjalan didepan pertokoan dikota Seoul.
“Hhhmm. . . . .”
“Memang kalau kutu buku tidak pantas menjadi artis ya?”
“Ehm. . . .tidak juga. Semua orang pantas menjadi artis termasuk kau.” kata Wookie sambil tersenyum. “Ouw ya besuk kan hari Minggu dan kebetulan aku baru mendapat rejeki, eotteokeh kalau besuk kau ku ajak kau kesebuah tempat?”
“Ehm. .. boleh.”
“Ok. Besuk aku akan menunggumu didepan apartement pukul 10.00 a.m.”
“Ne. Siap bos.” kataku sambil tersenyum dan memberi hormat pada Wookie.
Dia hanya mengacak-acak rambutku.
“Bisakah kau tidak mengacak-acak rambutku?” kataku dengan nada kesal.
Wookie lagi-lagi hanya tersenyum.
-------------------------------
Keesokkan harinya, aku dan Wookie sudah berjalan berdua ditengah hangatnya sinar matahari pagi hari. Uri berdua bercanda dan bercerita banyak hal. Sekitar 15 menit kemudian, uri sudah sampai.
“Mwo? Salon?” tanyaku
“Ne. Come On.”
Wookie menarikku dan uri berdua masuk.
“Tunggu sebentar ya.” kata Wookie.
Aku menganggukan kepalaku lalu Wookie meninggalkankku. Dia berjalan menuju meja kasir dan berbicara pada petugas disana. Selesai berbicara, dia berjalan kearahku dan tersenyum lalu menarik son na lagi. Aku tak mengerti apa yang dipikirkan Wookie. Wookie menyuruhku duduk dikursi depan cermin yang sudah tersedia sedangkan dia hanya duduk dikursi untuk menunggu. Tak lama kemudian, datanglah seorang gadis muda. Ia mendekatiku dan mulai mengotak-atik rambutku lalu eolgul na.
“Wookie kita sebenarnya mau kemana lagi? Aku malu bernampilan seperti ini. Aku tak terbiasa.”
“Sudahlah kau diam saja. Anggap aku adalah perimu. Ok?”
Aku diam saja. Apa maksud dari perkataan Wookie. Aku sangat malu saat itu karna penampilanku telah berubah. Ternyata Wookie mengajakku ke sebuah supermarket dan membelikan na sebuah gaun cantik.
“Untuk apa gaun itu?” tanyaku ketika kami berdua sudah didepan kamar apartement.
“Ingat. Kau jangan merubah penampilanmu. Kau terlihat cantik seperti itu. Dan gaun ini, pakailah saat kau audisi.Aku masuk kekamar dulu ya. Bye.” kata Wookie lalu masuk kekamarnya. Akupun segera masuk kekamarku. Kuletakkan bungkusan itu diatas sofaku dan ku ambil cermin. Kupandangi wajahku untuk yang kedua kalinya. Aku tak percaya. Eolgul na jadi cantik. Rambut na juga sudah berubah. Wookie sangat berjasa dalam hidupku. Sekarang aku tahu apa maksud dari perkataannya yang berbunyi:” Anggap aku adalah perimu. Ok?” Ah. . . Wookie gomawo ^_^