Kamis, 21 April 2011

FF ~*Come To My Heart*~


1. (Di isi dengan nama kalian)
2. Eun Hyuk
3. Han Hye
4. Kyu Hyun
5. Ryeo Wook (Wookie)

Part 1 ^^
Na POV
Ah. . . . semua orang tentu berhak punya impian yang tinggi. Tapi kenapa tidak dengan aku? Apa karna aku jelek? Apa aku tak pantas untuk menjadi artis? Memang aku tak pantas untuk memiliki impian menjadi artis hanya karna aku seorang kutu buku yang memakai kacamata? Aku mencoba bersabar untuk menerima semua ejekan orang termasuk EUN HYUK. Aku kesal kepadanya karna ia tak pernah bisa menghargai impian orang. Dan parahnya, Eun Hyuk itu sahabat dekat Kyu Hyun dan Kyu Hyun adalah pacar dari sahabat dekatku yaitu Han Hye. Berarti secara tak langsung aku adalah sahabat dari Eun Hyuk.
“Eh. . .si tukang mimpi datang nih. .. “ ledek Eun Hyuk ketika aku baru saja masuk kekelas. Otomatis yang berada dikelas tertawa kecuali Han Hye dan Kyu Hyun. Aku berusaha untuk tidak mendengar apa yang dikatakan orang lain. Aku sudah capek.
“Memang salah jika aku punya mimpi ingin jadi artis?” tanyaku pada Han Hye saat aku sudah duduk disebelah Han Hye dan meletakkan tasku.
“Anio.”
“Lalu kenapa mereka meledekku terus?”
“Molla.”
-------------------------------
Sorenya, aku berjalan-jalan ketaman kota Seoul. Aku ingin menjernihkan pikiranku. Setibanya disana, aku duduk dibangku taman kota. Kupandangi sekitar taman kota Seoul disore hari. Cukup menyengkan dan dapat meringankan beban dikepalaku.
“Neo kenapa?” tanya seseorang. Na segera menoleh kearah sumber suara itu.
“Ah Wookie.”
“Mwo?” tanyanya sambil duduk disampingku
Dia adalah Ryeo Wook tapi aku lebih suka memanggilnya Wookie. Umur dia lebih tua 10 bulan dari aku. Aku mengenalnya karna kamar apartementnya bersebelahan dengan kamar apartementku. Uri seperti saeng dan oppa
“Anio. . . . . .” kataku sabil lemas. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. “Wookie. . . .!!” kataku
“Ya ampun (Di isi dengan nama kalian) kau mengagetkan aku saja.”
“Mian. Neo kan bekerja di bidang perfilm’an, nah ditempat kerja neo ada yang butuh ya. . . . seperti artis baru?
Muka Ryeo Wook penuh dengan kebingungan lalu beberapa detik kemudian dia tertawa. Sekarang mukaku’lah yang penuh dengan kebingungan.
“Memang kau mau mendaftar jadi artis?
“Ne. Ayolah Wookie . . . .kau kan tahu kalau aku sangat ingin jadi artis.”
“Ehm. . . .kau belum lewat belakang apartement kita?”
“Anio. Aku tak pernah lewat belakang apartement kita. Gang’nya sempit dan gelap dan aku. . . . . Memang ada apa?”
“Coba lihat saja.”
Tanpa pikir panjang, aku menarik tangan Wookie.
“(Di isi dengan nama kalian) kenapa kau mengajakku?”
“Karna aku takut lewat situ. Ah. . . . Wookie sudahlah diam saja..”
Ahkirnya Wookie diam. Sesampainya di belakang apartement, aku melihat beberapa brosur tertempel ditiang listrik. Kudekati dan kubaca. Audisi pencarian artis. Waouw. . . ini dia yang kucari. Aku segera mendekati Wookie dan memeluknya karna senang.
“Gomawo Wookie.” kataku sambil memeluk dan tersenyum.
“Ne.”
-------------------------------
Someone POV
Hari ini aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar mencari udara segar. Semula aku memilih untuk berjalan-jalan di taman kota Seoul, tapi. . .ah. . . .anio. Lebih baik aku berjalan melewati belakang apartement gadis itu saja. Toh. . .dia sepertinya juga tidak tahu kalau aku perhatikan dia. Kalau masih jam segini, jendelanya juga masih terbuka.
Saat aku sudah berjalan di belakang apartement gadis itu, langkahku terhenti dan aku bersembunyi. Mendengar dan mengintip serta merekam kejadian yang terjadi. Gadis itu memeluk seorang cowok. Cowok yang sudah kupercayai dan kuaanggap sebagai saeng kandungku sendiri. Hatiku terbakar. Apa gadis itu pacar dari cowok itu? Ah. . . menyebalkan. Bukannya udara segar yang kudapat malah udara yang tak enak. Aku berdiri dan tak sengaja, dari na menendang tempat sampah.
“Siapa itu?” suara gadis itu.
Aku segera berlari dan beruntung tak ketahuan oleh mereka berdua.
-------------------------------
Na POV
Tiba-tiba terdengar suara tempat sampah yang tertendang. Otomatis aku dan Wookie terkejut.
“Siapa itu?” tanyaku
Wookie mendekati dan tak ada orang disitu.
“Ayo kita pergi. Makanya aku tak suka lewat disini. Menakutkan.”
Wokkie diam saja lalu aku menggandeng son Wookie.
“Wookie?” tanyaku ketika kami sudah berjalan didepan pertokoan dikota Seoul.
“Hhhmm. . . . .”
“Memang kalau kutu buku tidak pantas menjadi artis ya?”
“Ehm. . . .tidak juga. Semua orang pantas menjadi artis termasuk kau.” kata Wookie sambil tersenyum. “Ouw ya besuk kan hari Minggu dan kebetulan aku baru mendapat rejeki, eotteokeh kalau besuk kau ku ajak kau kesebuah tempat?”
“Ehm. .. boleh.”
“Ok. Besuk aku akan menunggumu didepan apartement pukul 10.00 a.m.”
“Ne. Siap bos.” kataku sambil tersenyum dan memberi hormat pada Wookie.
Dia hanya mengacak-acak rambutku.
“Bisakah kau tidak mengacak-acak rambutku?” kataku dengan nada kesal.
Wookie lagi-lagi hanya tersenyum.
-------------------------------
Keesokkan harinya, aku dan Wookie sudah berjalan berdua ditengah hangatnya sinar matahari pagi hari. Uri berdua bercanda dan bercerita banyak hal. Sekitar 15 menit kemudian, uri sudah sampai.
“Mwo? Salon?” tanyaku
“Ne. Come On.”
Wookie menarikku dan uri berdua masuk.
“Tunggu sebentar ya.” kata Wookie.
Aku menganggukan kepalaku lalu Wookie meninggalkankku. Dia berjalan menuju meja kasir dan berbicara pada petugas disana. Selesai berbicara, dia berjalan kearahku dan tersenyum lalu menarik son na lagi. Aku tak mengerti apa yang dipikirkan Wookie. Wookie menyuruhku duduk dikursi depan cermin yang sudah tersedia sedangkan dia hanya duduk dikursi untuk menunggu. Tak lama kemudian, datanglah seorang gadis muda. Ia mendekatiku dan mulai mengotak-atik rambutku lalu eolgul na.
“Wookie kita sebenarnya mau kemana lagi? Aku malu bernampilan seperti ini. Aku tak terbiasa.”
“Sudahlah kau diam saja. Anggap aku adalah perimu. Ok?”
Aku diam saja. Apa maksud dari perkataan Wookie. Aku sangat malu saat itu karna penampilanku telah berubah. Ternyata Wookie mengajakku ke sebuah supermarket dan membelikan na sebuah gaun cantik.
“Untuk apa gaun itu?” tanyaku ketika kami berdua sudah didepan kamar apartement.
“Ingat. Kau jangan merubah penampilanmu. Kau terlihat cantik seperti itu. Dan gaun ini, pakailah saat kau audisi.Aku masuk kekamar dulu ya. Bye.” kata Wookie lalu masuk kekamarnya. Akupun segera masuk kekamarku. Kuletakkan bungkusan itu diatas sofaku dan ku ambil cermin. Kupandangi wajahku untuk yang kedua kalinya. Aku tak percaya. Eolgul na jadi cantik. Rambut na juga sudah berubah. Wookie sangat berjasa dalam hidupku. Sekarang aku tahu apa maksud dari perkataannya yang berbunyi:” Anggap aku adalah perimu. Ok?” Ah. . . Wookie gomawo ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar